Selasa, 13 November 2012

tips merawat kecantikan

5 Tips Merawat Wajah dari Para Ahli Kecantikan

img
dok. Thinkstock
Jakarta - Tidak semua wanita dikaruniai wajah yang mulus tanpa cacat. Kebanyakan wanita justru memiliki masalah terhadap kulitnya, mulai dari kering, kusam, berjerawat, flek hitam dan masih banyak lagi masalah lainnya.

Merawat bagian wajah merupakan cara terbaik untuk menghilangkan dan mencegah masalah-masalah yang bisa terjadi pada kulit muka. Para ahli kecantikan memaparkan cara merawat wajah yang benar, seperti dilansir dari Women Health Mag

1. Pembersih Muka
Menurut Daniel B. Yarosh, Ph.D., penulis buku The New Science of Perfect Skin, untuk membersikan wajah Anda tidak perlu membeli kosmetik yang mahal. Mulailah dengan membersihkan muka menggunakan susu pembersih (cleansing mil) dan toner. Setelah itu, basuhlah wajah Anda dengan sabun khusus pembersih wajah dan bilas dengan air. Langkah-langkah tersebut berguna untuk menjaga kebersihan muka dari debu dan minyak.

2. Pelembab Bibir
Penelitian yang dilakukan oleh American Society for Dermatologic Surgery menemukan, hanya sekitar 47% responden yang menggunakan pelembab bibir dalam keseharian mereka. Padahal kulit di bagian bibir adalah kulit yang tipis dan sensitif, sehingga perlu perlindungan ekstra. Untuk itu, jangan lupa oleskan lip balm yang mengandung UV protection (SPF) agar kulit bibir anda tidak kering, terlindungi dari sinar matahari dan tetap sehat.

3. Pengelupasan Kulit
Alkhohol, makanan pedas, dan paparan sinar matahari memicu terjadinya rosacea atau memerahnya kulit wajah. Dengan mengonsumsi makanan sehat dan menggunakan sunblock, masalah kulit tersebut bisa dicegah. Jika sudah terlanjur kulit terkena rosacea, gunakanlah pembersih wajah yang mampu melakukan pengelupasan halus pada kulit atau perawatan berupa peeling di klinik kecantikan.

4. Kosmetik Organik dan Mineral
Saat ini banyak produk kosmetik terbuat dari bahan-bahan alami yang sangat baik bagi kulit. Seperti kosmetik berbahan dasar organik dan mineral. Apalagi jika wajah Anda sensitif dan berjerawat sebaiknya beralihlah ke produk kosmetik jenis alami tersebut.

5. Krim Anti Aging
Jangan kira wanita dibawah umur 30 tidak butuh krim anti aging. "Wanita umur 20-an sudah membutuhkan krim seperti ini," kata Francesca Fusco, M.D., assistant clinical professor of dermatology di Mount Sinai School of Medicine, New York.

Francesca menyarankan untuk memakai krim anti aging yang mengandung retinoid. retinoid kaya akan vitamin A yang mampu mencegah kerusakan kulit karena sinar matahari. Selain itu, retinoid juga cukup cepat untuk memperbaharui kulit yang mati. Selain itu retinoid bekerja untuk meningkatkan produksi kolagen yang dapat mencegah timbulnya kerutan pada wajah.

unsur unsur kimia

Unsur kimia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Tabel periodik unsur kimia
Unsur kimia, atau hanya disebut unsur, adalah zat kimia yang tidak dapat dibagi lagi menjadi zat yang lebih kecil, atau tidak dapat diubah menjadi zat kimia lain dengan menggunakan metode kimia biasa.
Partikel terkecil dari unsur adalah atom. Sebuah atom terdiri atas inti atom (nukleus) dan dikelilingi oleh elektron. Inti atom terdiri atas sejumlah proton dan neutron. Hingga saat ini diketahui terdapat kurang lebih 117 unsur di dunia.

Daftar isi

Gambaran umum

Hal yang membedakan unsur satu dengan lainnya adalah "jumlah proton" dan jumah elektron suatu unsur atau ikatan dalam inti atom tersebut. Misalnya, seluruh atom karbon memiliki proton sebanyak 6 buah, sedangkan atom oksigen memiliki proton sebanyak 8 buah. Jumlah proton pada sebuah atom dikenal dengan istilah nomor atom (dilambangkan dengan Z).
Namun demikian, atom-atom pada unsur yang sama tersebut dapat memiliki jumlah netron yang berbeda; hal ini dikenal dengan sebutan isotop. Massa atom sebuah unsur (dilambangkan dengan "A") adalah massa rata-rata atom suatu unsur pada alam. Karena massa elektron sangatlah kecil, dan massa neutron hampir sama dengan massa proton, maka massa atom biasanya dinyatakan dengan jumlah proton dan neutron pada inti atom, pada isotop yang memiliki kelimpahan terbanyak di alam. Ukuran massa atom adalah satuan massa atom (smu). Beberapa isotop bersifat radioaktif, dan mengalami penguraian (peluruhan) terhadap radiasi partikel alfa atau beta.
Unsur paling ringan adalah hidrogen dan helium. Hidrogen dipercaya sebagai unsur yang ada pertama kali di jagad raya setelah terjadinya Big Bang. Seluruh unsur-unsur berat secara alami terbentuk (baik secara alami ataupun buatan) melalui berbagai metode nukleosintesis. Hingga tahun 2005, dikenal 118 unsur yang diketahui, 93 unsur diantaranya terdapat di alam, dan 23 unsur merupakan unsur buatan. Unsur buatan pertama kali diduga adalah teknetium pada tahun 1937. Seluruh unsur buatan merupakan radioaktif dengan waktu paruh yang pendek, sehingga atom-atom tersebut yang terbentuk secara alami sepertinya telah terurai.
Daftar unsur dapat dinyatakan berdasarkan nama, simbol, atau nomor atom. Dalam tabel periodik, disajikan pula pengelompokan unsur-unsur yang memiliki sifat-sifat kimia yang sama.

Tata nama

Penamaan unsur telah jauh sebelum adanya teori atom suatu zat, meski pada waktu itu belum diketahui mana yang merupakan unsur, dan mana yang merupakan senyawa. Ketika teori atom berkembang, nama-nama unsur yang telah digunakan pada masa lampau tetap dipakai. Misalnya, unsur "cuprum" dalam Bahasa Inggris dikenal dengan copper, dan dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan istilah tembaga. Contoh lain, dalam Bahasa Jerman "Wasserstoff" berarti "hidrogen", dan "Sauerstoff" berarti "oksigen".
Nama resmi dari unsur kimia ditentukan oleh organisasi IUPAC. Menurut IUPAC, nama unsur tidak diawali dengan huruf kapital, kecuali berada di awal kalimat. Dalam paruh akhir abad ke-20, banyak laboratorium mampu menciptakan unsur baru yang memiliki tingkat peluruhan cukup tinggi untuk dijual atau disimpan. Nama-nama unsur baru ini ditetapkan pula oleh IUPAC, dan umumnya mengadopsi nama yang dipilih oleh penemu unsur tersebut. Hal ini dapat menimbulkan kontroversi grup riset mana yang asli menemukan unsur tersebut, dan penundaan penamaan unsur dalam waktu yang lama (lihat kontroversi penamaan unsur).

Lambang kimia

Sebelum kimia menjadi bidang ilmu, ahli alkemi telah menentukan simbol-simbol baik untuk logam maupun senyawa umum lainnya. Mereka menggunakan singkatan dalam diagram atau prosedur; dan tanpa konsep mengenai suatu atom bergabung untuk membentuk molekul. Dengan perkembangan teori zat, John Dalton memperkenalkan simbol-simbol yang lebih sederhana, didasarkan oleh lingkaran, yang digunakan untuk menggambarkan molekul.
Sistem yang saat ini digunakan diperkenalkan oleh Berzelius. Dalam sistem tipografi tersebut, simbol kimia yang digunakan adalah singkatan dari nama Latin (karena waktu itu Bahasa Latin merupakan bahasa sains); misalnya Fe adalah simbol untuk unsur ferrum (besi), Cu adalah simbol untuk unsur Cuprum (tembaga), Hg adalah simbol untuk unsur hydrargyrum (raksa), dan sebagainya.
Simbol kimia digunakan secara internasional, meski nama-nama unsur diterjemahkan antarbahasa. Huruf pertama simbol kimia ditulis dalam huruf kapital, sedangkan huruf selanjutnya (jika ada) ditulis dalam huruf kecil.

Simbol non-unsur

Non unsur, khususnya dalam kimia organik dan organometalik, seringkali menggunakan simbol yang terinspirasi oleh simbol-simbol unsur kimia. Berikut adalah contohnya:
Cy - sikloheksil; Ph - fenil; Bz - benzoil; Bn - benzil; Cp - Siklopentadiena; Pr - propil; Me - metil; Et - etil; Tf - triflat; Ts - tosil; Hb - hemoglobin.

Kelimpahan

Unsur Ppm (w/w)
Hidrogen 739,000
Helium 240,000
Oksigen 10,400
Karbon 4,600
Neon 1,340
Besi 1,090
Nitrogen 960
Silikon 650
Magnesium 580
Sulfur 440
Kalium 210
Nikel 100

Senin, 12 November 2012

green house

Green house atau yang dikenal dengan rumah kaca saat ini bukanlah barang baru bagi pelaku agribisnis, terutama agribisnis hortikultura seperti sayuran dan tanaman hias. Meskipun demikian, hal itu tidak menjamin bahwa semua petani Indonesia mengerti dan mengetahui tentang green house ini. Jangankan tahu manfaatnya, bahkan mungkin melihatnya saja belum pernah. Berdasarkan pertimbangan tersebut,dalam bahasan ini akan diulas gambaran umum mengenai apa sebenarnya dan manfaat dari green house sebagai penunjang agribisnis kita.
          Dunia pertanian di Indonesia telah menjadi salah satu penghasil komoditas unggulan baik untuk konsumsi dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini menyebabkan semakin banyaknya teknologi budidaya pertanian untuk terus dikembangkan. Salah satu teknologi yang banyak digunakan adalah teknologi rumah kaca (Greenhouse).

Gambar 1 : Greenhouse
          Karena dengan Greenhouse faktor yang berpengaruh seperti suhu, sinar matahari, kelembaban, dan udara disediakan, dipertahankan dan didistribusikan secara merata pada level yang optimal. Untuk tujuan ini disyaratkan dalam pembuatan greenhouse adalah mempunyai transmisi cahaya yang tinggi, konsumsi panas yang rendah, ventilasi yang cukup dan efisien, struktur yang kuat.

          Greenhouse untuk daerah tropis sangat memungkinkan dan mempunyai banyak keuntungan dalam produksi dan budidaya tanaman. Produksi dapat dilakukan sepanjang tahun, dimana produksi dalam lahan yang terbuka tidak memungkinkan karena adanya hujan yang sering dan angin yang kencang. Struktur greenhouse di daerah tropis sering menggunakan sisinya untuk melindungi dan mengontrol suhu dengan menggunakan ventilasi alamiah maupun terkontrol dengan dilapisi jala (screens) yang mampu mengurangi serangan serangga dan hama.

Rumah kaca atau green house pada prinsipnya adalah sebuah bangunan yang terdiri atau terbuat dari bahan kaca atau plastik yang sangat tebal dan menutup diseluruh pemukaan bangunan, baik atap maupun dindingnya. Didalamnya dilengkapi juga dengan peralatan pengatur temperature dan kelembaban udara serta distribusi air maupun pupuk. Bangunan ini tergolong bangunan yang sangat langka dan mahal, karena tidak semua tempat yang kita jumpai dapat ditemukan bangunan semacam ini. Green house biasanya hanya dimiliki oleh Perguruan Tinggi atau lembaga pendidikan, Balai Penelitian dan perusahaan yang bergerak dibidang bisnis perbenihan, bunga dan fresh market hortikultura. Namun di negara-negara pertanian yang sudah maju seperti USA, Australia, Jepang dan negara-negara Eropa sebagian besar tanaman hortikulturanya ditanam di rumah kaca. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan greenhouse di mancanegara sudah umum dilakukan. Bahkan mungkin sudah berpuluh tahun sebelum negara kita mengadopsi tekhnologi tersebut.
Rumah kaca/green house yang digunakan di Indonesia sebagian besar digunakan untuk penelitian percobaan budidaya, percobaan pemupukan, percobaan ketahanan tanaman terhadap hama maupun penyakit, percobaan kultur jaringan, percobaan persilangan atau pemuliaan, percobaan hidroponik dan percobaan penanaman tanaman diluar musim oleh para mahasiswa , para peneliti, para pengusaha dan praktisi disemua bidang pertanian.
Green House sebagai Sarana Penunjang Agribisnis Hortikultura sangat Mendukung Upaya Peningkatan Produksi dan Kontinyuitas Produk
Sebenarnya ide awal untuk pembuatan bangunan green house di Indonesia dilatarbelakangi oleh kegiatan penelitian yang dilakukan lembaga penelitian maupun dunia pendidikan. Kegiatan penelitian yang dimaksud disini adalah kegiatan mencari jawaban atau mencari solusi / jalan keluar atau pemecahan terhadap suatu kasus. Sebagai contoh, bila kita ingin mencari uji ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit tertentu. Adanya green house yang mampu menciptakan iklim yang bisa membuat tanaman mampu berproduksi tanpa kenal musim ini ternyata juga mampu menghindarkan dari serangan hama dan penyakit yang tidak diujikan. Selain itu dengan adanya green house penyebaran hama dan penyakit yang diujicoba dapat dicegah . Hal ini berbeda dengan percobaan yang dilakukan di luar green house dimana dalam waktu yang sangat singkat hama dan penyakit dapat cepat menyebar luas karena terbawa angin maupun serangga.
Secara umum green house dapat didefinisikan sebagai bangun kontruksi dengan atap tembus cahaya yang berfungsi memanipulasi kondisi lingkungan agar tanaman di dalamnya dapat berkembang optimal. 
Manipulasi lingkungan ini dilakukan dalam dua hal, yaitu menghindari kondisi lingkungan yang tidak dikehendaki dan memunculkan kondisi lingkungan yang dikehendaki. 
Kondisi lingkungan yang tidak dikehendaki antara lain :
  1. Ekses radiasi sinar matahari seperti sinar ultra violet dan sinar infra merah.
  2. Suhu udara dan kelembaban yang tidak sesuai.
  3. Kekurangan dan kelebihan curah hujan. 
  4. Gangguan hama dan penyakit.
  5. Tiupan angin yang terlalu kuat sehingga dapat merobohkan tanaman.
  6. Tiupan angin dan serangga yang menyebabkan kontaminasi penyerbukan.
  7. Ekses polutan akibat polusi udara.

Sementara kondisi lingkungan yang dikehendaki antara lain :
  1. Kondisi cuaca yang mendukung rentang waktu tanam lebih panjang.
  2. Mikroklimat seperti suhu, kelembaban dan intensitas cahaya sesuai dengan   kebutuhan pertumbuhan tanaman.
  3. Suplai air dan pupuk dapat dilakukan secara berkala dan terukur.
  4. Sanitasi lingkungan sehingga tidak kondusif bagi hama dan penyakit. 
  5. Kondisi nyaman bagi terlaksananya aktivitas produksi dan pengawasan mutu.
  6. Bersih dari ekses lingkungan seperti polutan dan minimnya residu pestisida
  7. Hilangnya gangguan fisik baik oleh angin maupun hewan.

Manfaat apa saja yang didapat jika menggunakan green house , hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.      Pengaturan jadwal produksi.
Dunia pertanian kita masih demikian tergantungnya pada keadaan cuaca, bila terjadi perubahan musim, apalagi bila tidak terprediksi akan menyebabkan sulitnya menentukan jenis tanaman yang akan diproduksi. Jika musim hujan terlalu panjang akan menyebabkan banyaknya penyakit termasuk pembusukan akar. Jika musim terlalu kering akan menyebabkan tanaman kekurangan air, hama juga akan menyerang yang dapat menimbulkan kerugian.  Demikian pula pada saat tertentu suatu komoditas sulit ditemui mengakibatkan harganya demikian tinggi, sementara pada waktu lain kebanjiran produk menyebabkan harga anjlok, sehingga kerugian segera tiba.
Untuk itu perlu sekali mengurangi ketergantungan pada lingkungan luar menggantikan dengan mikroklimat yang diatur. Dengan demikian dapat dijadwalkan produksi secara mandiri dan berkesinambungan. Sehingga konsumen tidak perlu kehilangan komoditas yang dibutuhkan, juga kita tidak perlu membanjiri pasar denganb jenis komoditas yang sama yang menyebabkan harga anjlok.
2.      Meningkatkan hasil produksi
Pada luasan areal yang sama tingkat produksi budidaya di dalam green house lebih tinggi dibandingkan di luar green house. Karena budidaya di dalam green house kondisi lingkungan dan pemberian hara dikendalikan sesuai kebutuhan tanaman. Gejala hilangnya hara yang biasa terjadi pada areal terbuka seperti pencucian dan fiksasi, di dalam green house diminimalisir. Budidaya tanaman seperti ini dikenal sebagai hidroponik.
Kondisi areal yang beratap dan lebih tertata menyebabkan pengawasan dapat lebih intensif dilakukan. Bila terjadi gangguan terhadap tanaman baik karena hama, penyakit ataupun gangguan fisiologis, dapat dengan segera diketahui untuk diatasi .
3.      Meningkatkan kualitas produksi
Ekses radiasi matahari seperti sinar UV, kelebihan temperatur, air hujan, debu, polutan dan residu pestisida akan mempengaruhi penampilan visual, ukuran dan kebersihan hasil produksi.
Dengan kondisi lingkungan yang terlindungi dan pemberian nutrisi akurat dan tepat waktu, maka hasil produksi tanaman akan berkwalitas. Pemasakan berlangsung lebih serentak, sehingga pada saat panen diperoleh hasil yang lebih seragam, baik ukuran maupun bentuk visual produk. 
4.      Meminimalisasi pestisida
Green house yang baik selain dirancang untuk memberikan kondisi mikroklimat ideal bagi tanaman, juga memberikan perlindungan tanaman terhadap hama dan penyakit. Perlindungan yang umum dilakukan adalah dengan memasang insect screen pada dinding dan bukaan ventilasi di bagian atap. Insect screen yang baik tidak dapat dilewati oleh hama seperti kutu daun.
Pada beberapa green house bagian pintu masuknya tidak berhubungan langsung dengan lingkungan luar. Ada ruang kecil, semacam teras transisi yang dibuat untuk menahan hama atau patogen yang terbawa oleh manusia. Pada lantai ruang ini juga terdapat bak berisi cairan pencuci hama dan patogen. Untuk pintu dapat ditambahkan lembaran PVC sheet. 
5.      Aset dan performance
Saat ini sangat biasa orang membangun green house dengan sistem knock down. Dengan cara ini gren house bukanlah aset mati, manakala karena suatu hal ada perubahan kebijakan, maka struktur green house tersebut dapat dipindahkan atau mungkin dijual ke pihak lain yang memerlukan dengan harga yang proporsional.
Dengan adanya green house maka kesan usaha akan terlihat lebih modern dan padat teknologi. Hal ini tentunya akan meningkatkan performance petani atau perusahaan yang menggunakannya. 
6.      Sarana agrowisata
Green house banyak juga digunakan sebagai ruang koleksi berbagai jenis tanaman bernilai tinggi. Di dalam green house pengunjung dapat melihat berbagai jenis tanaman yang menarik, bahkan langka, sehingga dapat menjadi daya tarik. Ada yang khusus mengkoleksi kaktus, anggrek atau berbagai jenis tanaman dengan suasana dibuat seperti di alam bebas. Di Indonesia green house seperti ini banyak ditemukan di berbagai kebun raya dan tempat agrowisata.

JENIS GREEN HOUSE
Yang dimaksud dengan jenis green house adalah pembedaan ragam green house berdasarkan material dominan yang digunakan. Pembedaan ini akan membawa kita pada perbedaan biaya pembangunan dan umur pakai green house. Semakin kuat dan awet material yang digunakan, akan semakin besar biayanya tetapi umur green house akan lebih lama.
Untuk negara kita, green house yang biasa digunakan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu green house bambu, green house kayu dan green house besi.
A.    Green house bambu.
Green house jenis ini umumnya dipakai sebagai green house produksi. Green house ini secara umum adalah jenis green house yang paling murah biaya pembuatannya dan banyak dipakai oleh kalangan petani kita sebagai sarana produksi.
Namun kelemahan dari green house ini adalah umurnya yang relatif pendek dan bahan materialnya dapat menjadi media timbulnya hama. Karena kekuatan struktur dan juga masalah biaya, maka green house bambu atapnya terbatas menggunakan plastik UV.

B.     Green house kayu
Lebih baik dari green house bambu adalah gren house dengan material kayu, terutama jenis kayu yang tahan air, seperti ulin dan bengkirai. Dibanding green house bambu umur pakai green house kayu biasanya lebih panjang dan kondisi sanitasi lingkungan lebih baik.
Beberapa jenis green house kayu, bagian dinding bawah dibuat dari pasangan bata yang diplester. Jenis green house ini bahan atapnya sudah lebih bervariasi bisa plastik, polykarbonat, PVC ataupun kaca.
C.    Green house besi.
Dari segi umur pakai dan kwalitas, maka yang terbaik adalah green house yang menggunakan struktur besi, terlebih besi yang telah di treatment “hot dipped galvanis”. Struktur yang baik akan mengurangi frekuensi perawatan; sehingga tidak terjadi stagnan kegiatan., walaupun pada keadaan tertentu perlu dilakukan sanitasi, tetapi sanitasi yang terjadwal.
Dengan struktur yang kuat, maka berbagai jenis tambahan peralatan / optional dapat dipasangkan pada jenis green house besi, sehingga penggunaan green house dapat dilakukan secara optimal.


TIPE GREEN HOUSE

Type green house dibedakan berdasarkan bentuk bangunan atau desainnya. Bentuk atau desain ini selain berpengaruh pada kekuatan struktur juga sangat berpengaruh pada kondisi mikroklimat di dalam green house.

Secara umum desain green house uintuk daerah tropis berbeda dengan desain di daerah empat musim maupun sub tropis. Kecuali desain green house yang memang dibuat khusus seperti untuk penanaman planlet, induksi akar atau pembuatan stek.

Desain green house daerah tropis ditandai dengan banyaknya bukaan ventilasi. Karena problem utama dari green house di wilayah tropis adalah suhu udara yang terlalu tinggi akibat radiasi sinar infra merah. 

Sebaliknya pada daerah sub tropis maupun daerah empat musim desain green house lebih tertutup. Bukaan yang minimal ini dibuituhkan karena pada saat musim dingin udara hangat akibar radiasi infra merah dipertahankan tidak keluar. 

Jadi desain sebuah green house sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Bagaimana sebuah green house dapat memberikan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan tanaman terletak pada desainnya. 

Pada dasarnya green house dapat dibagi ke dalam 3 type, yaitu : 

1.      tipe tunnel 

2.      tipe piggy back 

3.  tipe multispan

 

Masing – masing type dapat dijelaskan sebagai berikut :

1.      Type Tunnel

Tipe ini dari depan tampak seperti lorong setengah lingkaran. Kelebihannya adalah memiliki struktur sangat kuat. Atapnya yang berbentuk melengkung kebawah merupakan bentuk yang sangat ideal dalam menghadapi terpaan angin. Sementara struktur busur dengan kedua kaki terpendam ketanah memegang bangunan lebih kuat. 

Kelemahan dari tipe ini adalah minimnya system ventilasi. Jika digunakan pada daerah tropis dibutuhkan alat tambahan berupa exhaust fan atau cooling system untuk mengalirkan dan menurunkan suhu udara di dalam green house.

2.      Tipe Piggy back

Green house tipe ini banyak digunakan di daerah tropis, dapat dikatakan tipe ini adalah tropical green house. Keunggulan tipe ini pada ventilasi udara yang sangat baik. Banyak memiliki struktur bukaan, sehingga memberikan lingkungan mikroklimat yang kondusif bagi pertrumbuhan tanaman. 

Selain memiliki keunggulan, banyaknya struktur bukaan juga merupakan kelemahan dari tipe ini. Pada daerah dengan tiupan angin yang kuat green house tipe piggy back kurang disarankan. Karena dengan banyaknya struktur terbuka menyebabkan struktur rentan terhadap terpaan angin. Selain itu dari segi biaya dengan penggunaan material atap sama, greeen house type ini relatif lebih mahal dibanding type lain karena penggunaan material struktur lebih banyak

3.      Tipe Campuran ( Single span dan Multispan )

Desain tipe ini boleh dikatakan adalah campuran antara tipe tunnel dengan tipe piggy back. Dari desainnya terlihat tampak, bahwa tipe ini seakan – akan paduan (hybrid) antara tipe tunnel dengan tipe piggy back. Karena itu, maka tipe green house ini memeliki kelebihan dari tipe tunnel dan tipe piggy back, yaitu strukturnya kuat tetapi tetap memiliki ventilasi yang maksimal.

Kelebihan lain dari tipe ini adalah beberapa unit green house (Single Span) dapat disatukan menjadi satu blok green house besar (Multispan) dimana hal ini sulit dilakukan pada green house tipe tunnel. 

Dibandingkan tipe piggy back, selain struktur lebih kuat biaya pembuatan tipe campuran ini lebih hemat. Sehingga pada bidang kegiatan yang membutuhkan green house luas, maka type multispan adalah type yang paling sesuai.

macam macam pestisida

Pestisida

Pembasmi hama atau pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran -cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak selalu, beracun. dalam bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai "racun".
Tergantung dari sasarannya, pestisida dapat berupa
Penggunaan pestisida tanpa mengikuti aturan yang diberikan membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan, serta juga dapat merusak ekosistem. Dengan adanya pestisida ini, produksi pertanian meningkat dan kesejahteraan petani juga semakin baik. Karena pestisida tersebut racun yang dapat saja membunuh organisme berguna bahkan nyawa pengguna juga bisa terancam bila penggunaannya tidak sesuai prosedur yang telah ditetapkan. menurut depkes riau kejadian keracunan tidak bisa di tanggulangi lagi sebab para petani sebagian besar menggunakan pestisida kimia yang sangat buruk bagi kesehatan mereka lebih memilih pestisida kimia dari pada pestisida botani (buatan) kejadian keracunan pun sangat meningkat di provinsi tersebut. mMnurut data kesehatan pekan baru tahun 2007 ada 446 orang meninggal akibat keracunan pestisida setiap tahunnya dan sekitar 30% mengalami gejala keracunan saat menggunakan pestisida Karena petani kurang tau cara menggunakan pestisida secara efektif dan penggunaan pestisida secara berlebihan, dan berdasarkan hasil penilitian Ir. La Ode Arief M. Rur.SC. dari Sumatera Barat tahun 2005 mengatakan penyebab keracunan pestisida di Riau akibat kurang pengetahuan petani dalam penggunaan pestisida secara efektif dan tidak menggunakan alat pelindung diri saat pemajanan pestisida,hasilnya dari 2300 responden yang peda dasarnya para petani hanya 20% petani yang menggunakan APD (alat pelindung diri), 60% patani tidak tau cara menggunakan pestisida secara efektif dan mereka mengatakan setelah manggunakan pestisida timbul gejala pada tubuh ( mual,sakit tenggorokan, gatal - gatal, pandangan kabur, Dll.)dan sekitar 20% petani tersebut tidak tau sama sekali tentang bahaya pestisida terhadap kesehatan,begitu tutur Ir. La Ode Arief M. Rur.SC. beliau juga mengatakan semakin rendah tingkat pendidikan petani semakin besar risiko terpajan penyakit akibat pestisida. Oleh karena itu, adalah hal yang bijak jika kita melakukan usaha pencegahan sebelum pencemaran dan keracunan pestisida mengenai diri kita atau makhluk yang berguna lainnya. Usaha atau tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah :
  1. Ketahui dan pahami dengan yakin tentang kegunaan suatu pestisida. Jangan sampai salah berantas. Misalnya, herbisida jangan digunakan untuk membasmi serangga. Hasilnya, serangga yang dimaksud belum tentu mati, sedangkan tanah dan tanaman telah terlanjur tercemar.
  2. Ikuti petunjuk-petunjuk mengenai aturan pakai dan dosis yang dianjurkan pabrik atau petugas penyuluh.
  3. Jangan terlalu tergesa-gesa menggunakan pestisida. Tanyakan terlebih dahulu pada penyuluh.
  4. Jangan telat memberantas hama, bila penyuluh telah menganjurkan menggunakannya.
  5. Jangan salah pakai pestisida. Lihat faktor lainnya seperti jenis hama dan kadang-kadang usia tanaman juga diperhatikan.
  6. Gunakan tempat khusus untuk pelarutan pestisida dan jangan sampai tercecer.
  7. Pahami dengan baik cara pemakaian pestisida.

APA ITU PESTISIDA?

Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.
BBagi kehidupan rumah tangga, yang dimaksud hama adalah meliputi semua hewan yang mengganggu kesejahteraan hidupnya, seperti lalat, nyamuk, kecoak, ngengat, kumbang, siput, kutu, tungau, ulat, rayap, ganggang serta kehidupan lainnya yang terbukti mengganggu kesejahteraannya.

Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman. Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali.
Di Indonesia untuk keperluan perlindungan tanaman, khususnya untuk pertanian dan kehutanan pada tahun 2008 hingga kwartal I tercatat 1702 formulasi yang telah terdaftar dan diizinkan penggunaannya. Sedangkan bahan aktif yang terdaftar telah mencapai 353 jenis.
Dalam pengendalian hama tanaman secara terpadu, pestisida adalah sebagai alternatif terakhir. Dan belajar dari pengalaman, Pemerintah saat ini tidak lagi memberi subsidi terhadap pestisida . Namun kenyataannya di lapangan petani masih banyak menggunakannya. Menyikapi hal ini, yang terpenting adalah baik pemerintah maupun swasta terus menerus memberi penyuluhan tentang bagaimana penggunaan pestisida secara aman dan benar. Aman terhadap diri dan lingkungannya, benar dalam arti 5 tepat (tepat jenis pestisida, tepat cara aplikasi, tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat takaran).

PERATURAN PEMERINTAH NO. 7 TAHUN 1973
Untuk melindungi keselamatan manusia dan sumber-sumber kekayaan alam khususnya kekayaan alam hayati, dan supaya pestisida dapat digunakan efektif, maka peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973. Dalam peraturan tersebut antara lain ditentukan bahwa:
  • tiap pestisida harus didaftarkan kepada Menteri Pertanian melalui Komisi Pestisida untuk dimintakan izin penggunaannya
  • hanya pestisida yang penggunaannya terdaftar dan atau diizinkan oleh Menteri Pertanian boleh disimpan, diedarkan dan digunakan
  • pestisida yang penggunaannya terdaftar dan atau diizinkan oleh Menteri Pertanian hanya boleh disimpan, diedarkan dan digunakan menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam izin pestisida itu
  • tiap pestisida harus diberi label dalam bahasa Indonesia yang berisi keterangan-keterangan yang dimaksud dalam surat Keputusan Menteri Pertanian No. 429/ Kpts/Mm/1/1973 dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam pendaftaran dan izin masing-masing pestisida.
Dalam peraturan pemerintah tersebut yang disebut sebagai pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:
  • memberantas atau mencegah hama atau penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil pertanian
  • memberantas gulma
  • mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan
  • mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman, kecuali yang tergolong pupuk
  • memberantas atau mencegah hama luar pada ternak dan hewan piaraan
  • memberantas atau mencegah hama air
  • memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam rumah tangga
  • memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang dilindungi, dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.
Sesuai dengan definisi tersebut di atas maka suatu bahan akan termasuk dalam pengertian pestisida apabila bahan tersebut dibuat, diedarkan atau disimpan untuk maksud penggunaan seperti tersebut di atas.
Sedangkan menurut The United States Federal Environmental Pesticide Control Act, pestisida adalah semua zat atau campuran zat yang khusus untuk memberantas atau mencegah gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama kecuali virus, bakteria atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya. Atau semua zat atau campuran zat yang digunakan sebagai pengatur pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman.

PERANAN PESTISIDA
Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang perumahan terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain.
Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad pengganggu tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam kesehatan manusia. Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana jelas akan menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan lingkungan pada umumnya.
Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama tanaman. Dalam konsep Pengendalian Terpadu Hama, pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian. Prinsip penggunaannya adalah:
  • harus kompatibel dengan komponen pengendalian lain, seperti komponen hayati
  • efisien untuk mengendalikan hama tertentu
  • meninggalkan residu dalam waktu yang tidak diperlukan
  • tidak boleh persistent, jadi harus mudah terurai
  • dalam perdagangan (transport, penyimpanan, pengepakan, labeling) harus memenuhi persyaratan keamanan yang maksimum
  • harus tersedia antidote untuk pestisida tersebut
  • sejauh mungkin harus aman bagi lingkungan fisik dan biota
  • relatif aman bagi pemakai (LD50 dermal dan oral relatif tinggi)
  • harga terjangkau bagi petani.
Idealnya teknologi pertanian maju tidak memakai pestisida. Tetapi sampai saat ini belum ada teknologi yang demikian. Pestisida masih diperlukan, bahkan penggunaannya semakin meningkat. Pengalaman di Indonesia dalam menggunakan pestisida untuk program intensifikasi, ternyata pestisida dapat membantu mengatasi masalah hama padi. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama, hingga meluasnya serangan dapat dicegah, dan kehilangan hasil karena hama dapat ditekan.
Pengalaman di Amerika Latin menunjukkan bahwa dengan menggunakan pestisida dapat meningkatkan hasil 40 persen pada tanaman coklat. Di Pakistan dengan menggunakan pestisida dapat menaikkan hasil 33 persen pada tanaman tebu, dan berdasarkan catatan dari FAO penggunaan pestisida dapat menyelamatkan hasil 50 persen pada tanaman kapas.
Dengan melihat besarnya kehilangan hasil yang dapat diselamatkan berkat penggunaan pestisida, maka dapat dikatakan bahwa peranan pestisida sangat besar dan merupakan sarana penting yang sangat diperlukan dalam bidang pertanian. Usaha intensifikasi pertanian yang dilakukan dengan menerapkan berbagai teknologi maju seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan dan pola tanam akan menyebabkan perubahan ekosistem yang sering diikuti oleh meningkatnya problema serangan jasad pengganggu. Demikian pula usaha ekstensifikasi pertanian dengan membuka lahan pertanian baru, yang berarti melakukan perombakan ekosistem, sering kali diikuti dengan timbulnya masalah serangan jasad pengganggu. Dan tampaknya saat ini yang dapat diandalkan untuk melawan jasad pengganggu tersebut yang paling manjur hanya pestisida. Memang tersedia cara lainnya, namun tidak mudah untuk dilakukan, kadang-kadang memerlukan tenaga yang banyak, waktu dan biaya yang besar, hanya dapat dilakukan dalam kondisi tertentu yang tidak dapat diharapkan efektifitasnya. Pestisida saat ini masih berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil yang disebabkan oleh jasad pengganggu.

MACAM DAN CONTOH NAMA PESTISIDA
Pestisida dapat digolongkan menjadi bermacam-macam dengan berdasarkan fungsi dan asal katanya. Penggolongan tersebut disajikan sbb.:
  • Akarisida, berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau kutu. Akarisida sering juga disebut sebagai mitesida. Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu.
  • Algisida, berasal dari kata alga yang dalam bahasa latinnya berarti ganggang laut. Berfungsi untuk melawan alge.
  • Avisida, berasal dari kata avis yang dalam bahasa latinnya berarti burung. Berfungsi sebagai pembunuh atau zat penolak burung serta pengontrol populasi burung.
  • Bakterisida, berasal dari kata latin bacterium atau kata Yunani bacron. Berfungsi untuk melawan bakteri.
  • Fungisida, berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos yang berarti jamur. Berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
  • Herbisida, berasal dari kata latin herba yang berarti tanaman setahun. Berfungsi membunuh gulma (tumbuhan pengganggu).
  • Insektisida, berasal dari kata latin insectum yang berarti potongan, keratan atau segmen tubuh. Berfungsi untuk membunuh serangga.
  • Larvisida, berasal dari kata Yunani lar. Berfungsi untuk membunuh ulat atau larva.
  • Molluksisida, berasal dari kata Yunani molluscus yang berarti berselubung tipis lembek. Berfungsi untuk membunuh siput.
  • Nematisida, berasal dari kata latin nematoda atau bahasa Yunani nema yang berarti benang. Berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam cacing yang hidup di akar).
  • Ovisida, berasal dari kata latin ovum yang berarti telur. Berfungsi untuk membunuh telur.
  • Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis berarti kutu, tuma. Berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.
  • Piscisida, berasal dari kata Yunani piscis yang berarti ikan. Berfungsi untuk membunuh ikan.
  • Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodera yang berarti pengerat. Berfungsi untuk membunuh binatang pengerat, seperti tikus.
  • Predisida, berasal dari kata Yunani praeda yang berarti pemangsa. Berfungsi untuk membunuh pemangsa (predator).
  • Silvisida, berasal dari kata latin silva yang berarti hutan. Berfungsi untuk membunuh pohon.
  • Termisida, berasal dari kata Yunani termes yang berarti serangga pelubang daun. Berfungsi untuk membunuh rayap.
Berikut ini beberapa bahan kimia yang termasuk pestisida, namun namanya tidak menggunakan akhiran sida:
  • Atraktan, zat kimia yang baunya dapat menyebabkan serangga menjadi tertarik. Sehingga dapat digunakan sebagai penarik serangga dan menangkapnya dengan perangkap.
  • Kemosterilan, zat yang berfungsi untuk mensterilkan serangga atau hewan bertulang belakang.
  • Defoliant, zat yang dipergunakan untuk menggugurkan daun supaya memudahkan panen, digunakan pada tanaman kapas dan kedelai.
  • Desiccant. zat yang digunakan untuk mengeringkan daun atau bagian tanaman lainnya.
  • Disinfektan, zat yang digunakan untuk membasmi atau menginaktifkan mikroorganisme.
  • Zat pengatur tumbuh. Zat yang dapat memperlambat, mempercepat dan menghentikan pertumbuhan tanaman.
  • Repellent, zat yang berfungsi sebagai penolak atau penghalau serangga atau hama yang lainnya. Contohnya kamper untuk penolak kutu, minyak sereb untuk penolak nyamuk.
  • Sterilan tanah, zat yang berfungsi untuk mensterilkan tanah dari jasad renik atau biji gulma.
  • Pengawet kayu, biasanya digunakan pentaclilorophenol (PCP).
  • Stiker, zat yang berguna sebagai perekat pestisida supaya tahan terhadap angin dan hujan.
  • Surfaktan dan agen penyebar, zat untuk meratakan pestisida pada permukaan daun.
  • Inhibitor, zat untuk menekan pertumbuhan batang dan tunas.
  • Stimulan tanaman, zat yang berfungsi untuk menguatkan pertumbuhan dan memastikan terjadinya buah.

FORMULASI PESTISIDA
Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu. Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh formulator baru diberi nama. Berikut ini beberapa formulasi pestisida yang sering dijumpai:
1. Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates) Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di belakang nama dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution), WSC (water soluble concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution). Biasanya di muka singkatan tersebut tercantum angka yang menunjukkan besarnya persentase bahan aktif. Bila angka tersebut lebih dari 90 persen berarti pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi pestisida cair biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi. 2. Butiran (granulars) Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian sebagai insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk melindungi tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa serta bahan perekat. Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen, dengan ukuran butiran 20-80 mesh. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah bila dibanding dengan formulasi lain. Pestisida formulasi butiran di belakang nama dagang biasanya tercantum singkatan G atau WDG (water dispersible granule). 3. Debu (dust) Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif dan zat pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida formulasi debu ini kurang banyak digunakan, karena kurang efisien. Hanya berkisar 10-40 persen saja apabila pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran (tanaman). 4. Tepung (powder) Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan aktif dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75 persen). Untuk mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang nama dagang tercantum singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water soluble powder). 5. Oli (oil) Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO (solluble concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xilen, karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV (ultra low volume) dengan menggunakan atomizer. Formulasi ini sering digunakan pada tanaman kapas. 6. Fumigansia (fumigant) Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan uap, gas, bau, asap yang berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya digunakan di gudang penyimpanan.

KIMIA PESTISIDA
Pestisida tersusun dan unsur kimia yang jumlahnya tidak kurang dari 105 unsur. Namun yang sering digunakan sebagai unsur pestisida adalah 21 unsur. Unsur atau atom yang lebih sering dipakai adalah carbon, hydrogen, oxigen, nitrogen, phosphor, chlorine dan sulfur. Sedangkan yang berasal dari logam atau semi logam adalah ferum, cuprum, mercury, zinc dan arsenic.
1. Sifat pestisida Setiap pestisida mempunyai sifat yang berbeda. Sifat pestisida yang sering ditemukan adalah daya, toksisitas, rumus empiris, rumus bangun, formulasi, berat molekul dan titik didih. 2. Tata Nama Pestisida Pengetahuan pestisida juga meliputi struktur dan cara pemberian nama atau dikenal dengan tata nama. 3. Cara Kerja Pestisida
  • Pestisida kontak, berarti mempunyai daya bunuh setelah tubuh jasad terkena sasaran.
  • Pestisida fumigan, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran terkena uap atau gas
  • Pestisida sistemik, berarti dapat ditranslokasikan ke berbagai bagian tanaman melalui jaringan. Hama akan mati kalau mengisap cairan tanaman.
  • Pestisida lambung, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran memakan pestisida.
CARA PENGGUNAAN PESTISIDA
Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan pengendalian hama. Walaupun jenis obatnya manjur, namun karena penggunaannya tidak benar, maka menyebabkan sia-sianya penyemprotan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida, di antaranya adalah keadaan angin, suhu udara, kelembapan dan curah hujan. Angin yang tenang dan stabil akan mengurangi pelayangan partikel pestisida di udara. Apabila suhu di bagian bawah lebih panas, pestisida akan naik bergerak ke atas. Demikian pula kelembapan yang tinggi akan mempermudah terjadinya hidrolisis partikel pestisida yang menyebabkan kurangnya daya racun. Sedang curah hujan dapat menyebabkan pencucian pestisida, selanjutnya daya kerja pestisida berkurang.
Hal-hal teknis yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida adalah ketepatan penentuan dosis. Dosis yang terlalu tinggi akan menyebabkan pemborosan pestisida, di samping merusak lingkungan. Dosis yang terlalu rendah menyebabkan hama sasaran tidak mati. Di samping berakibat mempercepat timbulnya resistensi.
1. Dosis pestisida Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan untuk mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang dilakukan dalam satu kali aplikasi atau lebih. Ada pula yang mengartikan dosis adalah jumlah pestisida yang telah dicampur atau diencerkan dengan air yang digunakan untuk menyemprot hama dengan satuan luas tertentu. Dosis bahan aktif adalah jumlah bahan aktif pestisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau satuan volume larutan. Besarnya suatu dosis pestisida biasanya tercantum dalam label pestisida. 2. Konsentrasi pestisida Ada tiga macam konsentrasi yang perlu diperhatikan dalam hal penggunaan pestisida
  • Konsentrasi bahan aktif, yaitu persentase bahan aktif suatu pestisida dalam larutan yang sudah dicampur dengan air.
  • Konsentrasi formulasi, yaitu banyaknya pestisida dalam cc atau gram setiap liter air.
  • Konsentrasi larutan atau konsentrasi pestisida, yaitu persentase kandungan pestisida dalam suatu larutan jadi.
3. Alat semprot Alat untuk aplikasi pestisida terdiri atas bermacam-macam seperti knapsack sprayer (high volume) biasanya dengan volume larutan konsentrasi sekitar 500 liter. Mist blower (low volume) biasanya dengan volume larutan konsentrasi sekitar 100 liter. Dan Atomizer (ultra low volume) biasanya kurang dari 5 liter. 4. Ukuran droplet Ada bermacam-macam ukuran droplet: Veri coarse spray lebih 300 µm Coarse spray 400-500 µm Medium spray 250-400 µm Fine spray 100-250 µm Mist 50-100 µm Aerosol 0,1-50 µm Fog 5-15 µm
5. Ukuran partikel Ada bermacam-macam ukuran partikel: Macrogranules lebih 300 µm Microgranules 100-300 µm Coarse dusts 44-100 µm Fine dusts kurang 44 µm Smoke 0,001-0,1 µm
6. Ukuran molekul hanya ada satu macam, yatu kurang 0,001 µm
PETUNJUK PENGGUNAAN PESTISIDA
1. Memilih pestisida Di pasaran banyak dijual formulasi pestisida yang satu sama lain dapat berbeda nama dagangnya, walaupun mempunyai bahan aktif yang sama. Untuk memilih pestisida, pertama yang harus diingat adalah jenis jasad pengganggu yang akan dikendahikan. Hal tersebut penting karena masing-masing formulasi pestisida hanya manjur untuk jenis jasad pengganggu tertentu. Maka formulasi pestisida yang dipilih harus sesuai dengan jasad pengganggu yang akan dikendalikan. Untuk mempermudah dalam memilih pestisida dapat dibaca pada masing-masing label yang tercantum dalam setiap pestisida. Dalam label tersebut tercantumjenis-jenis jasad pengganggu yang dapat dikendahikan. Juga tercantum cara penggunaan dan bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan. Untuk menjaga kemanjuran pestisida, maka sebaiknya belilah pestisida yang telah terdaftar dan diizinkan oleb Departemen Pertanian yang dilengkapi dengan wadah atau pembungkus asli dan label resmi. Pestisida yang tidak diwadah dan tidak berlabel tidak dijamin kemanjurannya. 2. Menyimpan pestisida Pestisida senantiasa harus disimpan dalam keadaan baik, dengan wadah atau pembungkus asli, tertutup rapat, tidak bocor atau rusak. Sertakan pula label asli beserta keterangan yang jelas dan lengkap. Dapat disimpan dalam tempat yang khusus yang dapat dikunci, sehingga anak-anak tidak mungkin menjangkaunya, demikian pula hewan piaraan atau temak. Jauhkan dari tempat minuman, makanan dan sumber api. Buatlah ruang yang terkunci tersebut dengan ventilasi yang baik. Tidak terkena langsung sinar matahari dan ruangan tidak bocor karena air hujan. Hal tersebut kesemuanya dapat menyebabkan penurunan kemanjuran pestisida. Untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu pestisida tumpah, maka harus disediakan air dan sabun ditergent, beserta pasir, kapur, serbuk gergaji atau tanah sebagai penyerap pestisida. Sediakan pula wadah yang kosong, sewaktu-waktu untuk mengganti wadah pestisida yang bocor. 3. Menggunakan pestisida Untuk menggunakan pestisida harus diingat beberapa hal yang harus diperhatikan:
  • Pestisida digunakan apabila diperlukan
  • Sebaiknya makan dan minum secukupnya sebelum bekerja dengan pestisida
  • Harus mengikuti petunjuk yang tercantum dalam label
  • Anak-anak tidak diperkenankan menggunakan pestisida, demikian pula wanita hamil dan orang yang tidak baik kesehatannya
  • Apabila terjadi luka, tutuplah luka tersebut, karena pestisida dapat terserap melalui luka
  • Gunakan perlengkapan khusus, pakaian lengan panjang dan kaki, sarung tangan, sepatu kebun, kacamata, penutup hidung dan rambut dan atribut lain yang diperlukan
  • Hati-hati bekerja dengan pestisida, lebih-lebih pestisida yang konsentrasinya pekat. Tidak boleh sambil makan dan minum
  • Jangan mencium pestisida, karena pestisida sangat berbahaya apabila tercium
  • Sebaiknya pada waktu pengenceran atau pencampuran pestisida dilakukan di tempat terbuka. Gunakan selalu alat-alat yang bersih dan alat khusus
  • Dalam mencampur pestisida sesuaikan dengan takaran yang dianjurkan. Jangan berlebih atau kurang
  • Tidak diperkenankan mencampur pestisida lebih dari satu macam, kecuali dianjurkan
  • Jangan menyemprot atau menabur pestisida pada waktu akan turun hujan, cuaca panas, angin kencang dan arah semprotan atau sebaran berlawanan arah angin. Bila tidak enak badan berhentilah bekerja dan istirahat secukupnya
  • Wadah bekas pestisida harus dirusak atau dibenamkan, dibakar supaya tidak digunakan oleh orang lain untuk tempat makanan maupun minuman
  • Pasanglah tanda peringatan di tempat yang baru diperlakukan dengan pestisida
  • Setelah bekerja dengan pestisida, semua peralatan harus dibersihkan, demikian pula pakaian-pakaian, dan mandilah dengan sabun sebersih mungkin.
PETUNJUK KEAMANAN, PERTOLONGAN PERTAMA PADA KERACUNAN
  • Petunjuk Keamanan
o Jangan makan/minum atau merokok pada waktu bekerja. o Pakailah sarung tangan, pelindung tubuh, topeng muka, gunakan pakaian berlengan panjang /celana panjang serta jauhkan dari nyala api pada waktu membuka wadah dan memindahkan pada waktu bekerja o Sebelum makan, minum atau merokok dan setelah bekerja, cucilah tangan atau kulit yang terkena insektisida ini dengan air sabun, yang banyak, jangan menggunakan insektisida ini 10 hari sebelum tanaman dipanen untuk tanaman pangan. o Setelah digunakan cucilah dengan air semua peralatan semprot dan pakaian pelindung jangan mencemari kolam, perairan dan sumber air lainnya dengan insektisida ini atau wadah bekasnya. o Simpan insektisida ini secara tertutup rapat di tempat sejuk dan kering, jauh dari bahan makanan, api, sumber air dan jangkauan anak-anak. o Rusakkanlah wadah bekasnya, kemudian tanamlah sekurang-kurangnya 0,5 meter di dalam tanah dan jauh dari sumber air.
  • Gejala Dini Keracunan
o Kulit atau mata terasa gatal atau terbakar, pusing, sakit kepala, banyak menimbulkan keringat, mual, mencret,badan gemetar, pingsan. o Apabila satu atau lebih gejala tersebut timbul, segera berhenti bekerja, lakukan tindakan pertolongan pertama dan pergilah ke Puskesmas/dokter terdekat.
  • Petunjuk Pertolongan Pertama pada Keracunan
o Tanggalkan pakaian yang terkena insektisida ini. o Apabila kulit terkena, segera cuci dengan sabun dan air yang banyak. o Apabila mata terkena, cucilah segera dengan air bersih selama sedikitnya 15 menit. o Apabila tertelan dan penderita masih sadar, segera usahakan permuntahan dengan memberikan segelas air hangat yang diberi 1 sendok garam dapur atau dengan cara menggelitik tenggorokan penderita dengan jari tangan yang bersih sampai cairan muntahan menjadi jernih. o Jangan memberi sesuatu melalui mulut kepada penderita yang pingsan/tidak sadar. o Apabila terhisap segera dibawa ke ruangan yang berudara sejuk/segar, apabila perlu berikan pernapasan buatan melalui mulut atau dengan pemberian oksigen.
  • Perawatan oleh Dokter
Perawatan dilakukan secara simptomatik sesuai dengan gejala yang timbul...