Lahan Kritis Capai 10.000 Hektare, Subang Terancam Kekeringan
Oleh : Agus Eko Muchamad Solihin | 12-Sep-2007, 02:07:21 WIB
KabarIndonesia - komunitas
lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang peduli dan bergerak terhadap
lingkungan hidup di Kabupaten Subang mendesak pemerintah setempat untuk
menyelamatkan hutan.
Utamanya hutan dan kawasan yang sudah
gundul akibat perambahan liar tempo dulu sehingga menjadi lahan kritis.
Apalagi jumlahnya masih cukup besar mencapai lebih dari 10.000 hektare,
karenanya, Kabupaten Subang tahun ini terancam kekeringan.
Selain
itu, pengawasan dari instansi terkait perlu terus-menerus dilakukan
terutama dalam penggunaan lahan terbuka sebagaimana yang tertuang dalam
peraturan daerah (Perda). Termasuk dalam pemberian izin dan pembangunan
pabrik maupun perusahaan yang bergerak di bidang perumahan, restoran,
maupun wisata di kawasan perkebunan atau kehutanan. Demikian diungkapkan
Ketua Pelaksana Harian Komite Daerah Aliran Sungai dan Lingkungan Hidup
(Komdas-LH) Kab. Subang, Hendi Sukmayadi berkaitan dengan masih luasnya
lahan kritis di Kabupaten Subang. ”Kita masih prihatin dengan kondisi
hutan Subang dan rekan-rekan LSM yang tergabung di Komdas LH terus
berusaha menyelamatkan sekaligus mendesak Pemkab Subang. Tanpa ada
ketegasan dan dukungan dari legislatif serta eksekutif kita tidak bisa
berbuat apa-apa, ” ujarnya.
Menurut Hendi, pengungkapan Subang
memiliki lahan kritis cukup luas ini mungkin saja banyak yang tidak
percaya. Sebab, dari arah manapun masuk ke Subang tampak pemandangan
yang hijau. "Lewat Lembang, Bandung begitu indah alam pegunungan hingga
memasuki kota Subang. Jika datang dari arah Jakarta, akan tampak jajaran
pohon karet yang rapi sepanjang perjalanan menuju Subang," kata Hendi.
Ternyata di balik itu terdapat ribuan hektare lahan kritis dan telantar
di 14 kecamatan dari 22 kecamatan yang ada di Subang.
Tahun 2006
kecamatan yang paling luas dan rawan terletak di wilayah Cijambe seluas
4.745 hektare. Cisalak 1.631 hektare, dan Sagalaherang mencapai 800
hektare, sementara daerah lainnya di bawah 500 hektare, terutama di
wilayah Subang tengah, dan barat. Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan
(Dishutbun) Kabupaten, Ir. H. Samsuddin membenarkan adanya kerusakan
hutan dan kebun hingga menjadi lahan kritis di wilayah kerjanya. Semua
yang disebutkan benar dan telah menjadi prioritas garapan setiap
tahunnya. "Namun, sudah barang tentu tidak semudah membalikkan telapak
tangan," katanya. Dia mengungkapkan keberhasilan menyelamatkan hutan
kritis sejak tahun 2004 sudah mulai terasa hasilnya, semula 12.984
hektare menjadi 10.697,3 hektare pada tahun 2005 dan tahun 2006
berkurang kembali menjadi 9.702,3 hektare.
Tahun 2007 ini
diharapkan bisa tergarap 2.325 hektare lebih lewat gerakan penghijauan,
gerakan rehabilitasi lahan kritis dan hutan rakyat,” jelas Ir. H.
Samsuddin. Bahkan yang menggembirakan, katanya, adanya perkembangan
hutan rakyat dari semula hanya 8.215 hektare pada tahun 2004 menjadi
10.855 hektare pada tahun 2006. Dari data ini, kata Kadishutbun,
pihaknya tidak berpangku tangan termasuk bekerja sama dengan LSM dan
masyarakat di sekitar hutan dan perkebunan. Sesuai pula dengan program
di antaranya, usaha kehutanan dan perkebunan, pelestarian sumber daya
alam dan rehabilitasi lahan kritis seperti penertiban, penataan dan
pemeliharaan hutan Kota Ranggawulung, penghijauan di sekitar mata air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar