Selasa, 06 November 2012

Lahan Kritis Capai 10.000 Hektare, Subang Terancam Kekeringan
Oleh : Agus Eko Muchamad Solihin | 12-Sep-2007, 02:07:21 WIB

KabarIndonesia - komunitas lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang peduli dan bergerak terhadap lingkungan hidup di Kabupaten Subang mendesak pemerintah setempat untuk menyelamatkan hutan.

Utamanya hutan dan kawasan yang sudah gundul akibat perambahan liar tempo dulu sehingga menjadi lahan kritis. Apalagi jumlahnya masih cukup besar mencapai lebih dari 10.000 hektare, karenanya, Kabupaten Subang tahun ini terancam kekeringan.

Selain itu, pengawasan dari instansi terkait perlu terus-menerus dilakukan terutama dalam penggunaan lahan terbuka sebagaimana yang tertuang dalam peraturan daerah (Perda). Termasuk dalam pemberian izin dan pembangunan pabrik maupun perusahaan yang bergerak di bidang perumahan, restoran, maupun wisata di kawasan perkebunan atau kehutanan. Demikian diungkapkan Ketua Pelaksana Harian Komite Daerah Aliran Sungai dan Lingkungan Hidup (Komdas-LH) Kab. Subang, Hendi Sukmayadi berkaitan dengan masih luasnya lahan kritis di Kabupaten Subang. ”Kita masih prihatin dengan kondisi hutan Subang dan rekan-rekan LSM yang tergabung di Komdas LH terus berusaha menyelamatkan sekaligus mendesak Pemkab Subang. Tanpa ada ketegasan dan dukungan dari legislatif serta eksekutif kita tidak bisa berbuat apa-apa, ” ujarnya.
  Menurut Hendi, pengungkapan Subang memiliki lahan kritis cukup luas ini mungkin saja banyak yang tidak percaya. Sebab, dari arah manapun masuk ke Subang tampak pemandangan yang hijau. "Lewat Lembang, Bandung begitu indah alam pegunungan hingga memasuki kota Subang. Jika datang dari arah Jakarta, akan tampak jajaran pohon karet yang rapi sepanjang perjalanan menuju Subang," kata Hendi. Ternyata di balik itu terdapat ribuan hektare lahan kritis dan telantar di 14 kecamatan dari 22 kecamatan yang ada di Subang.

Tahun 2006 kecamatan yang paling luas dan rawan terletak di wilayah Cijambe seluas 4.745 hektare. Cisalak 1.631 hektare, dan Sagalaherang mencapai 800 hektare, sementara daerah lainnya di bawah 500 hektare, terutama di wilayah Subang tengah, dan barat. Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten, Ir. H. Samsuddin membenarkan adanya kerusakan hutan dan kebun hingga menjadi lahan kritis di wilayah kerjanya. Semua yang disebutkan benar dan telah menjadi prioritas garapan setiap tahunnya. "Namun, sudah barang tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan," katanya. Dia mengungkapkan keberhasilan menyelamatkan hutan kritis sejak tahun 2004 sudah mulai terasa hasilnya, semula 12.984 hektare menjadi 10.697,3 hektare pada tahun 2005 dan tahun 2006 berkurang kembali menjadi 9.702,3 hektare.

Tahun 2007 ini diharapkan bisa tergarap 2.325 hektare lebih lewat gerakan penghijauan, gerakan rehabilitasi lahan kritis dan hutan rakyat,” jelas Ir. H. Samsuddin. Bahkan yang menggembirakan, katanya, adanya perkembangan hutan rakyat dari semula hanya 8.215 hektare pada tahun 2004 menjadi 10.855 hektare pada tahun 2006. Dari data ini, kata Kadishutbun, pihaknya tidak berpangku tangan termasuk bekerja sama dengan LSM dan masyarakat di sekitar hutan dan perkebunan. Sesuai pula dengan program di antaranya, usaha kehutanan dan perkebunan, pelestarian sumber daya alam dan rehabilitasi lahan kritis seperti penertiban, penataan dan pemeliharaan hutan Kota Ranggawulung, penghijauan di sekitar mata air.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar